Cerlang adalah sekolah bermain, sekolah yang memerdekakan, sekolah inklusi, tempat belajar, bisa juga disebut sekolah keberagaman di Pontianak.
Fitrah anak adalah bermain. Makanya, cara belajar di Cerlang adalah dengan bermain. Bermain itulah belajar.
Kalau bermain terus, kapan mereka belajar?
Klasik. Beginilah pertanyaan seseorang yang melewati sekolah negeri dan sekolah swasta. Belajar dalam benak orang pada umumnya adalah datang ke sekolah membawa pensil dan buku lalu mencatat, menghapal. Jika ingatanmu cukup kuat, tidak nakal dan jadi anak yang manis, maka kamu akan naik kelas. Jika nilaimu melebihi nilai anak-anak lainnya, maka kamu akan dapat juara.
Belajar di Cerlang itu unik. Sewaktu-waktu mereka bisa keluar dari ruangan. Mengamati mobil-mobil yang lewat di jalanan. Lalu anak-anak mengenali warna mobil. Kemudian menghitung, berapa mobil yang berwarna hijau, berapa yang berwarna merah dan berapa yang berwarna hitam. Lalu jika semua ditotalkan, jadi berapa? Inilah salah satu cara belajar berhitung di Cerlang. Lalu anak-anak bisa menulis angka dan huruf yang tertera di plat kendaraan. Tentu butuh kecerdasan untuk melalukannya karena kita bicara tentang kendaraan yang bergerak. Butuh ingatan yang kuat. Angka dan matematika tidak diajarkan dengan cara memberikan anak pensil dan kertas atau mencontoh dari papan tulis.
Pagi hari ibu guru Cerlang menanyakan pengalaman anak-anak tiap hari. Ada yang mendengar berita kebakaran di SPBU yang meledak, ada berita pemilu, ada yang menceritakan mainannya. Masing-masing bercerita. Anak-anak TK yang pemalu, mencoba terbuka, mencoba mendengar dan yang tidak kalah penting, belajar untuk berbicara. Bukankan kita membayar mahal kuliah atau mengambil kursus public speaking?
Dari celoteh pagi saja anak-anak bisa belajar banyak hal. Misalnya tentang SPBU yang meledak. Mereka jadi belajar masalah ‘SPBU’ dan ‘api’, juga masalah sosial, dan sains. Adakah korban jiwa? Kenapa SPBU yang berisi minyak bisa meledak sedangkan tangki air tidak? Alhasil, lulusan Cerlang punya kemampuan akademik yang tinggi, punya pengetahuan yang luas.
Tetapi mereka bermain. Karena itulah fitrah mereka sebagai anak-anak. Dan tidak banyak orang dewasa yang bisa memahami ini. Atau setidaknya tidak merasa hal ini sebagai sesuatu yang harus menjadi bahan perhatian mereka.
proses belajar di Cerlang mengajarkan anak untuk:
- Terus belajar. Anak tidak dipaksa belajar, tetapi diberikan pengertian bahwa bahwa belajar adalah proses seumur hidup dan bagian dari hidup yang harus dijalani.
- Mengetahui cara belajar.
- Berempati dan toleran, bisa mengasihi orang lain sebagaimana mestinya tanpa pandang suku, agama dan ras.
Selain itu, Cerlang juga terus mendorong keterlibatan orang tua, ibu dan ayah, dalam pendidikan anak. Tidak hanya sekedar menjadi tukang bayar. Cerlang percaya bahwa mendidik adalah tugas utama orang tua. Guru adalah sebagai partner orang tua.
sumber : https://kustoro77.blogspot.com/2019/07/sepok-sekolah-yang-memerdekaan-ada-di.html